Lahirnya Harapan Baru di Timur Nusantara: Menyambut Kabupaten Termuda di NTT

Kabupaten termuda di wilayah NTT --
Disway.id, NTT - Di balik hamparan bukit dan lembah Nusa Tenggara Timur, suara perubahan akhirnya menemukan wujudnya. Sebuah kabupaten baru resmi lahir, membawa serta sejuta harapan dari masyarakat yang selama ini berada di balik bayang-bayang ketimpangan pembangunan.
Kabupaten ini kini tercatat sebagai yang termuda di Provinsi NTT, dengan cakupan wilayah yang luas mencapai 2.623,20 km² dan membawahi 24 kecamatan yang tersebar dari pesisir hingga pegunungan.
Bukan hanya sekadar garis baru di peta, kehadiran kabupaten ini adalah simbol kebangkitan dari wilayah yang selama ini jauh dari sorotan. Masyarakat di daerah ini kini punya pusat pemerintahan sendiri lebih dekat, lebih terjangkau, dan lebih siap merespons kebutuhan warganya.
Pemekaran yang Didorong oleh Suara Rakyat
Bertahun-tahun lamanya, masyarakat di wilayah ini mengeluhkan jauhnya akses ke pusat pemerintahan lama. Urusan administratif seperti pengurusan dokumen, layanan kesehatan, hingga pendidikan tingkat lanjut harus ditempuh dengan perjalanan yang melelahkan. Belum lagi keterbatasan infrastruktur dan minimnya perhatian anggaran. Aspirasi pemekaran pun tumbuh, tidak hanya dari para tokoh, tetapi juga dari akar rumput. Dan kini, setelah perjuangan panjang, kabupaten ini akhirnya resmi berdiri, menjanjikan perubahan yang selama ini hanya jadi mimpi.
Tanah Kaya yang Belum Digarap Sempurna
Meski baru dalam hal administrasi, daerah ini menyimpan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Pertanian menjadi tulang punggung ekonomi lokal, dengan hasil utama seperti jagung, kopi, dan kemiri yang memiliki potensi pasar lebih luas jika didukung oleh infrastruktur distribusi dan industrialisasi pasca-panen. Tak hanya itu, panorama alamnya yang menakjubkan hutan tropis, air terjun tersembunyi, dan budaya adat yang masih terjaga menjadikan daerah ini kandidat kuat untuk pengembangan ekowisata dan wisata budaya yang berkelanjutan. Kabupaten ini bukan sekadar “wilayah baru”, melainkan lahan subur bagi tumbuhnya ekonomi hijau dan pembangunan berbasis kearifan lokal.
Sumber: