Jaan-Pemerintah NTT Luncurkan Program Vaksinasi Rabies Massal

Jaan-Pemerintah NTT Luncurkan Program Vaksinasi Rabies Massal

Vaksinasi Rabies massal di NTT--

Disway.id, NTT - Yayasan Jaan Domestik Indonesia bekerjasama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Humane World for Animals, Better animal welfare Healthier communities, dan Fakultas Kedoteran Undana, menggelar rangkaian kegiatan dalam rangka World Rabies Day atau Hari Rabies Sedunia.

Selain itu juga berlangsung launching atau peluncuran lockdown atau pembatasan pergerakan Hewan Penular Rabies (HPR) serta vaksinasi massal pada, Senin (1/9/2025) di Kota Kupang.

 

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Peternakan NTT, Yohanes Oktovianus mewakili Gubernur Nusa Tenggara Timur.

“Dengan memohon berkat Tuhan Yang Maha Kuasa saya membuka secara resmi kegiatan Hari Rabies Sedunia dan Workshop NTT 2025, sekaligus mencanangkan pembatasan pergerakan Hewan Penular Rabies secara serentak di Provinsi NTT selama dua bulan, dari satu September sampai satu November 2025,” ujar Kadis Peternasikan NTT usai menyampaikan sambutan Gubernur NTT dihadapan peserta kegiatan World Rabies Day, di Aston Hotel Kupang, Senin (1/9/2025).

 

Gubernur NTT dalam sambutan tertulis yang disampaikan Kepala Dinas Peternakan, Yohanes Oktovinus menegaskan, hari rabies sedunia bertujuan menggalang komitmen dan dukungan dari para komitmen untuk pengendalian rabies secara efektiv dan berkelanjutan sesuai prinsip kesejahteraan hewan. Elemen yang dimaksudkan adalah melibatkan pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan komunitas lintas sector, termasuk Media Massa.

 

Olah karena itu mulai 1 September-1 November 2025 telah diberlakukan lockdown atau pembatasan pergerakan hewan penular rabies. Langkah teknis menurut Kadis Peternakan NTT, Pemerintah Provinsi akan komunikasikan dengan Pemarintah Daerah Kabupaten dan Kota.

 

“Saya instruksikan dalam dua bulan kedepan mulai satu September 2025 sampai dengan satu november 2025, semua anjing diikat di Rumah atau dikandangkan dan tidak ada lalu lintas anjing antar wilayah atau lockdown. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan rabies antar hewan dan dari hewan ke manusia,” ucap Kadis Peternakan NTT.

“Kegiatan ini mirip dengan PSBB, pembatasan sosial berskala besar pada saat kita dilanda covid-19 kemarin. Diharapkan dengan pola yang sama pada hewan anjing, kasus rabies di NTT dapat diturunkan secara drastic bahkan dilenyapkan dalam waktu singkat yang dibarengi dengan vaksinasi massal,” ujarnya lebih lanjut.

Pemerintah mengakui, langkah dan strategi penanganan rabies di NTT terus dilakukan, akan tetapi sampai saat ini kasus rabies masih ada di bumi Flobamorata. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen PKH Dr. drh. I Ketut Wirata, M.Si menuturkan, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi yang masih menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan kasus rabies, yakni penyakit zoonosis baik pada hewan maupun pada manusia.

 

Sumber: