Kemenag NTT Dorong Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah

Kemenag NTT Dorong Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah

Kemenag NTT Dorong Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah--

NTT,Disway.id - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mendorong implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada lingkungan pendidikan Islam atau tingkat madrasah di provinsi kepulauan itu. 

“Saat ini memang kami sedang terus melakukan sosialisasi untuk implementasi KBC. Selain memasang spanduk/baliho di seluruh satuan kerja, termasuk madrasah, kami juga menyampaikan materinya dalam berbagai pertemuan umum lembaga pendidikan Islam di tingkat kabupaten/kota,” kata Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kemenag NTT Pua Monto Umbu Nay di Kupang, Senin,

 

Sosialisasi umum tersebut dilakukan sejalan dengan edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor 10 Tahun 2025, setelah peluncuran KBC oleh Kementerian Agama pada 24 Juli 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ia menjelaskan, KBC berlatar belakang dari Asta Protas program Kemenag berdampak yang pada nilai pertamanya bertujuan meningkatkan kerukunan dan cinta kemanusiaan.

Konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi “kurikulum cinta” dan akhirnya diluncurkan dengan nomenklatur Kurikulum Berbasis Cinta.

 

Menurut Pua Monto, KBC bukanlah pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan suplemen yang mengintegrasikan nilai-nilai cinta kasih pada seluruh mata pelajaran.

"Jadi, KBC bukan hanya diajarkan guru agama saja, tapi bisa diajarkan oleh semua guru mata pelajaran yang lain,” tambah dia.

Saat ini, kata dia, di wilayah Kanwil Kemenag NTT terdapat 143 Raudhatul Athfal (RA/setara TK), 182 Madrasah Ibtidaiyah (MI/SD), 106 Madrasah Tsanawiyah (MTs/SMP), dan 55 Madrasah Aliyah (MA/SMA).

 

Lebih lanjut, ia menginformasikan bahwa dalam pertengahan September ini akan ada pelatihan jarak jauh untuk sosialisasi khusus serta memperkuat pemahaman guru tentang KBC.

Pelatihan yang digelar oleh Balai Diklat Keagamaan Denpasar tersebut melibatkan madrasah dari NTT, NTB dan Bali dengan metode pembelajaran daring.

“Kita mendorong para pengajar untuk menanamkan nilai-nilai cinta sejak dini pada anak-anak di sekolah. Kalau cinta sudah tumbuh, kerukunan tidak lagi jadi teori, tetapi hadir dengan sendirinya,” ucap Pua Monto.

Sumber: