Disway.id, NTT - Dunia keperawatan berawal dari abad 18 pada saat perang Krimea, lahir sang pelopor Florence Nightingale, seorang bangsawan terpelajar yang mendedikasikan hidupnya untuk merawat para prajurit yang menjadi korban perang.
"Karena tertarik untuk melakukan suatu perawatan awalnya Florence Nightingale yang terkenal dengan "Lady with the lamp" datang ke kamp-kamp prajurit untuk membantu," kata Head of Nursing Siloam Hospital Kupang, Nurse Yohana Yuliana Nale, S.Kep dalam suatu media Podcast, Jumat (9/5/2025).
"Tetapi di samping itu beliau juga seorang analid statistik dimana dengan data yang dia mendapatkan bahwa prajurit yang meninggal rata-rata bukan karena luka akibat perang tetapi karena sanitasi yang buruk, nutrisi yang buruk, lingkungan kamp yang kurang bersih. Hal itu yang melahirkan perawat sampai zaman sekarang sehingga Florence Nightingale menjadi ibu pelopor yang sampai saat ini kami kenal sebagai reformis keperawatan yang terus berkembang," tambahnya.
BACA JUGA:Putra Ende jadi Striker Maut Persebata Lembata hingga tembus 16 Besar Liga 4 Nasional
Secara harfiah, kata Ns. Yohana, perawat adalah orang yang merawat, namun, profesi perawat secara lebih rinci dijelaskan dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
"Perawat atau juru rawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam atau di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit," ujarnya.
Meski namanya adalah perawat tugas dan tanggung jawab lebih dari sekedar merawat. Dikatakan Ns. Yohana, seorang perawat juga berperan dan bertanggungjawab sebagai pemberi asuhan, pemimpin komunitas, pendidik, pembela dan peneliti.
Dengan tuntutan pekerjaan yang demikian para perawat kerap mendapatkan tantangan berupa keterbatasan sumber daya misalnya kurangnya tenaga medis, peralatan, dan obat-obatan, terutama di daerah terpencil, dapat menyulitkan perawat dalam memberikan pelayanan yang memadai.
Tantangan berikutnya adalah beban kerja yang cukup tinggi. Para perawat sering bekerja dalam situasi yang sulit, seperti ruang perawatan intensif atau ruang gawat darurat, yang menyebabkan kelelahan fisik dan emosional.
Selain itu emosional, komunikasi, perkembangan IPTEK, globalisasi pelayanan kesehatan juga menjadi tantangan tersendiri.
BACA JUGA:Putra Terbaik NTT Salah satu Guru Besar Universitas Indonesia
Dikatakan Ns. Yohana, dengan banyaknya tantangan dan tekanan dalam bekerja para perawat harus mendapat pengakuan dan penghargaan.