Disway.id, NTT - Dunia diplomatik diguncang oleh insiden tragis yang terjadi pada Rabu malam, 21 Mei 2025, di Washington D.C., Amerika Serikat. Dua staf Kedutaan Besar Israel, Yaron Lischinsky (30) dan Sarah Lynn Milgrim (26), tewas setelah ditembak secara brutal di luar Capital Jewish Museum. Mereka baru saja meninggalkan sebuah acara yang menekankan kerja sama lintas agama dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Kronologi Penembakan
Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Ketika keduanya berjalan menuju kendaraan mereka, seorang pria bersenjata tiba-tiba melepaskan tembakan. Pelaku, Elias Rodriguez (31), warga Chicago, langsung ditangkap di lokasi kejadian. Saat ditahan, ia berteriak “Free Palestine” dan mengaku melakukan aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Otoritas federal menyatakan bahwa Rodriguez terinspirasi oleh aksi ekstremis sebelumnya, termasuk insiden bakar diri yang dilakukan seorang prajurit AS di luar kedutaan Israel pada 2024. Rodriguez kini didakwa atas dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan kejahatan bermotif kebencian.
Kisah Dua Korban
Yaron Lischinsky merupakan warga Israel kelahiran Jerman yang bekerja sebagai asisten riset politik di Kedutaan Israel sejak 2022. Sementara Sarah Milgrim, warga negara AS asal Kansas, menjabat di Departemen Diplomasi Publik sejak akhir 2023. Pasangan ini dikenal aktif mempromosikan dialog lintas agama dan perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Rencananya, dalam waktu dekat Yaron akan melamar Sarah dalam perjalanan mereka ke Yerusalem. Cincin telah disiapkan, dan keluarga kedua belah pihak menyebut hubungan mereka sebagai simbol harapan di tengah konflik yang terus berkecamuk.
Reaksi Dunia
Insiden ini langsung memicu reaksi keras dari pemerintah Israel dan Amerika Serikat. FBI menetapkan kasus ini sebagai tindakan terorisme domestik dan memperketat keamanan di semua kantor diplomatik Israel di wilayah AS. Komunitas Yahudi di berbagai negara juga meningkatkan kewaspadaan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuding meningkatnya retorika anti-Israel di Barat sebagai penyebab iklim kebencian yang berujung pada tragedi ini. Ia menyebut bahwa tekanan internasional terhadap kebijakan Israel di Gaza justru memperkuat posisi ekstremis.
Seruan untuk Perdamaian