Dibalik Indahnya Kain Tenun, Perjuangan dan Kisah Mama Ola Banggakan NTT

Maria Sommi Olla atau Mama Olla terlihat sibuk menenun di alat tenun manual yang sudah tua--
Sebagai seorang wanita yang telah berusia lanjut, Mama Olla berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap usahanya. Ia ingin agar kain tenunnya bisa lebih dikenal luas, tidak hanya di Nunukan, tetapi juga di luar daerah.
"Mama masih kuat menyelesaikan satu minggu satu kain," kata Mama Olla penuh semangat, berharap usaha tenunnya dapat berkembang.
Benang tenun asli NTT
Di Nunukan, benang tenun bukanlah barang yang mudah didapatkan. Mama Olla harus memesan benang langsung dari Adonara, NTT, dengan harga yang cukup mahal, karena harus menanggung biaya ongkos kirim menggunakan kapal laut.
"Tapi ini adalah usaha Mama, biar untung sedikit, asal bisa dipakai makan keluarga, cukup sudah," kata Mama Olla dengan penuh rasa syukur.
Harga benang tenun yang dipesannya pun tidak murah. Untuk satu dua bendel benang, ia harus mengeluarkan biaya hingga Rp 1 juta.
Namun, meskipun biaya produksi cukup tinggi, Mama Olla tetap semangat melanjutkan tradisi tenun ini, berharap bahwa usaha kecilnya ini bisa membawa berkah bagi keluarganya.
Berani Menjaga Tradisi
Dengan penuh tekad, Mama Olla berusaha menjaga dan melestarikan tradisi menenun kain khas NTT yang sudah ada sejak empat generasi lalu.
"Zaman sekarang menenun pakai tangan begini jarang yang bisa. Tapi selama Mama masih sehat, Mama kuat, Mama akan terus menenun kain," ujarnya dengan semangat yang tak pernah luntur.
Kisah hidup Mama Olla adalah contoh nyata dari keteguhan hati seorang wanita yang terus berjuang mempertahankan warisan budaya.
Sumber: