Ricuh Pro dan Kontra Tambang di Nagekeo, Anggota TNI Dilaporkan ke Polisi Militer

Ricuh Pro dan Kontra Tambang di Nagekeo, Anggota TNI Dilaporkan ke Polisi Militer

Dua kelompok warga terlibat bentrokan fisik di lokasi tambang PT Anugerah Indah Bestari yang terletak di Sipi-Ndora, Desa Ulupulu, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, pada Selasa, 29 Juli 2025. Konflik ini pecah setelah tiga unit ekskavator merusak s--

Disway.id, NTT - Dua kelompok warga terlibat bentrokan fisik di lokasi tambang PT Anugerah Indah Bestari yang terletak di Sipi-Ndora, Desa Ulupulu, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, pada Selasa, 29 Juli 2025.

Konflik ini pecah setelah tiga unit ekskavator merusak situs bekas perkampungan ‘Wolosabi’, yang merupakan kampung lama milik warga Suku Nakanunga.

Insiden hingga berujung pada benturan fisik itu berawal dari rencana penancapan pucuk daun aren muda di lokasi tambang oleh ahli waris Suku Nakanunga yang dipimpin oleh Didimus Bula.

Penancapan daun aren muda pada lokasi tambang menjadi simbol larangan secara adat atau dikenal dengan istilah “Fani”

Namun, sebelum ritual adat “Fani” dari persekutuan adat Suku Nakanunga dimulai, sekelompok orang berjumlah sekira 15 orang datang menghadang dan mengacaukan ritual adat yang hendak dilakukan tersebut.

 

Penanggung jawab PT Anugerah Indah Bestari, Primus Wawo juga ikut bersama kelompok penghadang yang umumnya merupakan anak dan keluarga dari Fransiskus Dhosa. Dia merupakan merupakan pengusaha tambang.

Bertemunya kedua kubu pro dan kontra di lokasi tambang telah memantik perang mulut hingga berujung pada benturan fisik.

Salah satu yang paling frontal yang datang bersama kelompok pendukung tambang ialah Agustinus Bebi Daga, politisi Partai Demokrat yang pernah mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Nagekeo tahun 2024 lalu.

Dengan tubuhnya yang tinggi dan gempal, dia dengan mudahnya menghalau dan menghadang satu per satu pihak Suku Nakanunga yang hendak menggelar ritual pelarangan aktivitas pertambangan tersebut.

 

Untungnya, pihak Suku Nakanunga telah lebih dahulu menginformasikan kepada Serda Junaidi, Babinsa di Pos TNI Aegela tentang rencana pergelaran ritual adat “Fani” di lokasi tambang.

Meski hanya terlambat beberapa menit saja, kehadiran Serda Junaidi cukup berkontribusi besar untuk menenangkan situasi.

Serda Junaidi awalnya datang seorang diri. Tidak lama kemudian, datang seorang Babinsa lainnya, yaitu Seda Denny Radho, yang kemudian disusul oleh belasan anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kabupaten Nagekeo yang dipimpin oleh Kepala Satpol-PP, Muhayan Amir.

Sumber: